Friday, March 27, 2020

Khotbah Jum'at:: BELAJAR DARI KEBIJAKAN UMAR BIN KHATTAB RA

Khotbah Jumat, 18 Rajab 1441 H/ 13 Maret 2020 M

Belajar dari Kebijaksanaan Umar bin Khattab RA

Khotbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، 

فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
 أَمَّا بَعْدُ:

Bertakwalah kepada Allah -wahai hamba Allah- serta renungkanlah firman Allah berikut ini :

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita” (Az Zumar 39 : 61). 

Kaum Mukminin yang Mulia...

Tercatat bahwa pada tahun 18 Hijriyah, Umar bin Khattab RA berangkat menuju Syam, dalam perjalanannya ia berjumpa dengan Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan para sahabatnya, mereka memberitahukan kepadanya bahwa wabah telah merebak di negeri Syam. Kemudian Umar RA dan orang yang bersamanya kembali, lalu Abu Ubaidah RA bertanya kepadanya : apakah kau lari dari takdir Allah ? Umar RA menjawab : benar, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah. Lalu Abdur Rahman bin ‘Auf RA berkata : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda :

إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ

“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datang kesana, dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka  kamu jangan keluar dari negeri itu karena ingin melarikan diri darinya (Muttafaq ‘Alaih)



Saudaraku Seiman yang Berbahagia...

Inilah yang kini kita istilahkan dengan karantina, pada kisah diatas, bahwa Umar RA kembali karena ia belum masuk ke negeri Syam, karena ia mengamalkan hadits diatas dan sebagai bentuk tindakan preventif, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw ketika ada

قال له رجل : يا رسول الله, أعقلها وأتوكل, أو أطلقها وأتوكل ؟ قال : اعقلها وتوكل

“Seseorang bertanya kepada beliau : Wahai Rasulullah apakah aku ikat ontaku atau aku lepaskan dan aku bertawakkal ? Beliau Saw menjawab : "Ikatlah ia lalu bertawakkallah” (At Tirmidzi 2517). 

Dengan mengikuti petunjuk nabi serta mengambil hikmah dari tindakan Umar serta demi menjaga keselamatan jiwa manusia, maka Negara Persatuan Emirat Arab telah mengambil tindakan preventif dan melakukan peningkatan proses perlindungan bagi mereka yang datang dari perjalanan, dengan menerapkan pemeriksaan kesehatan di seluruh bandara, kemudian diharuskan karantina diri di rumah untuk memastikan keselamatannya dan bila ia terjangkit virus tersebut, maka ia akan diisolasi di pusat-pusat kesehatan ditunjuk, hingga ia sehat.

Langkah pencegahan ini membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Semoga Allah melindungi kita dari wabah dan segala bentuk penyakit, dan semoga Dia memberi kami taufik untuk mentaati-Nya dan mentaati orang yang diperintahkan untuk kami taati, sebagai pengamalan atas firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ.



Khotbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هَدْيَهُ. أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالِاسْتِمْرَارِ فِي تَطْبِيقِ تَعْلِيمَاتِ وِزَارَةِ الصِّحَّةِ، وَالتَّعَاوُنِ مَعَهَا، واتِّبَاعِ الْأَسَالِيبِ الصِّحِّيَّةِ فِي التَّعَامُلِ مَعَ  أَفْرَادِ الْعَائِلَةِ وَالْمُجْتَمَعِ.

Aku berwasiat pada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah, dan tetap terus menerapkan himbauan dari Kementerian Kesehatan, bekerja sama dengannya, serta mengikuti prosedur kesehatan dalam berinteraksi dengan anggota keluarga dan masyarakat.



Kaum Mukminin yang Mulia...

Marilah kita berdoa dan aminkanlah, karena tidak ada yang dapat menolak keputusan Allah (Qadha’) selain doa, dan sesungguhnya Allah Swt malu bila ada seorang hamba menengadahkan tangannya berdoa kepada-Nya kemudian Dia mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong.

اللَّهُمَّ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى خَيْرِ الْأَنَامِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ؛ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِاسْمِكَ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَهُ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ؛ مِنْ أَنْ يَلْحَقَ بِنَا مَرَضٌ أَوْ بَلَاءٌ، أَوْ يَحِلَّ بِنَا سَقَمٌ أَوْ وَبَاءٌ، يَا سَمِيعَ الدُّعَاءِ. وَنَسْأَلُكَ يَا رَبَّنَا أَنْ تُدِيمَ الْعَافِيَةَ عَلَيْنَا، وَعَلَى سُكَّانِ الْعَالَمِ مِنْ حَوْلِنَا.

اللَّهُمَّ احْفَظْ بِحِفْظِكَ جَمِيعَ السَّاهِرِينَ عَلَى سَلَامَةِ الْمُوَاطِنِينَ وَالْمُقِيمِينَ؛ مِنْ مَسْؤُولِينَ وَمُوَظَّفِينَ، وَأَطِبَّاءَ وَمُمَرِّضِينَ، وَمُتَعَاوِنِينَ وَمُتَطَوِّعِينَ، وَوَفِّقْ كُلَّ الْعَامِلِينَ فِي الْمَنَافِذِ الْبَرِّيَّةِ وَالْبَحْرِيَّةِ وَالْجَوِّيَّةِ، فَإِنَّهُمْ يُسَارِعُونَ لِدَفْعِ الضَّرَرِ عَنْ غَيْرِهِمْ، وَحِمَايَةِ مُجْتَمَعِهِمْ.

اللَّهُمَ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيخْ خَلِيفَةْ بْن زَايِدْ وَنَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الْأَمِينَ، وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ؛ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيخْ زَايِدْ وَالشَّيخْ مَكْتُومْ، وَشُيُوخَ الْإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رِضْوَانِكَ، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ.

اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ نِعَمَكَ، وَجُودَكَ وَفَضْلَكَ، بِكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

🌸🌸🗒🗒🗒🌸🌸



Sunday, March 8, 2020

Khotbah Jum'at: LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI


Khotbah Jumat, 11 Rajab 1441 H/ 06 Maret 2020 M

Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati

Khotbah Pertama::

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي مَنَّ عَلَيْنَا بِصِحَّةِ الْأَبْدَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الرَّحِيمُ الرَّحْمَنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُهُ إِلَى الْأَنَامِ، 

فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ. أَمَّا بَعْدُ:

Bertakwalah kepada Allah –wahai hamba Allah- dengan sebenar-benarnya takwa, serta mohonlah kepada-Nya kesehatan dan kesembuhan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dalam doanya kepada Tuhannya Azza wa Jalla di setiap pagi :

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah sehatkanlah badanku, ya Allah sehatkanlah pendengaranku, , ya Allah sehatkanlah penglihatanku. Tiada Tuhan selain Engkau” (Bukhari dalam kitab Al Adab Al Mufrad : 701).

 Karena kesehatan jasmani dan kesembuhannya termasuk salah satu nikmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada kita, maka kita wajib menjaganya, yaitu dengan melakukan tindakan pencegahan, karena satu dirham untuk pencegahan lebih baik dari pengeluaran banyak untuk pengobatan, dengan kata lain lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Dan diantara metode pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan, seperti yang disyariatkan oleh Allah melalui proses wudlu, didalamnya terdapat pelajaran penting tentang perlunya kebersihan, Allah Swt befirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (Al Maidah 5 : 6). 

Pada ayat mulia ini, Allah swt mensyaratkan kebersihan untuk menunaikan ibadah yang agung seperti shalat, maka diwajibkan bagi setiap muslim untuk membasuh beberapa bagian tubuhnya saat berwudlu agar terbersihkan dari kotoran, dan disunnahkan untuk melakukan tiga kali, agar lebih terjamin kebersihannya, sehingga ia selesai berwudlu dalam keadaan suci dan melakukan shalat dalam keadaan bersih, dengan demikian ia telah melakukan salah satu tindakan yang bermanfaat untuk kesehatannya.

Juga diantara salah satu bentuk perwujudan kebersihan adalah seperti yang disunnahkan oleh Nabi Saw bagi setiap muslim adalah berwudlu di rumahnya sebelum berangkat ke masjid, beliau bersabda :

مَنْ تَوَضَّأَ فِي بَيْتِهِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ

“Barang siapa berwudlu di rumahnya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia mendatangi masjid” (Al Mu’jam Al Kabir, karangan At Thabrani 2139).

 Jadi wudlu yang dilakukan oleh seorang muslim di rumahnya, lebih tepat dalam penerapan kebersihan daripada berwudlu di tempat-tempat wudlu umum.

Hamba Allah yang Mulia..

Sesungguhnya manusia bila tertimpa satu penyakit yang menular, maka hendaknya ia menghindari kontak langsung dengan orang lain, demi untuk melindungi kesehatan, keselamatan dan agar mereka terhindar dari marabahaya, Nabi Saw bersabda :

لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ

“Jangan campurkan onta sakit dengan onta yang sehat” (Muttafaq ‘Alaih).

 Hal ini mencakup semua tempat umum, diantaranya masjid, oleh karena itu; *setiap orang yang hendak shalat (Mushalli) bila merasa badannya panas, demam, pilek, batuk atau bersin-bersin, hendaknya ia shalat di rumahnya dan tidak datang ke masjid untuk menunaikan shalat jamaah atau shalat Jum’at, hingga Allah menganugerahkan kesembuhan padanya.*

 Di antara cara untuk menjaga keselamatan orang lain adalah berpegang teguh dengan ajaran Nabi Saw, dimana bila Nabi Saw bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau bajunya” (At Tirmidzi 2745). 

Semua itu merupakan pencegahan dari penyebaran penyakit. Tugas kita adalah menerapkan semua arahan Nabi SAW tersebut, serta memahami tujuannya agar terwujud kemaslahatan bersama.

🤲🤲🤲 Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan kesembuhan pada badan dan raga kami dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Al Amin Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, seperti termaktub dalam kitab-Mu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ


Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هَدْيَهُ. أَمَّا بَعْدُ:

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah, serta ketahuilah bahwa mengikuti anjuran medis, dapat memudahkan pencegahan, namun jika mengabaikannya dapat berakibat kebinasaan.

 Dan bila kita memperhatikan penyebaran virus corona di dunia, maka negara Uni Emirat Arab telah melakukan upaya besar untuk membendung penyebarannya, dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengeluarkan beberapa petunjuk pencegahan, seperti : 

*Menghindari tempat-tempat umum, tidak melakukan kontak langsung dengan orang yang tertimpa penyakit menular, mencuci kedua tangan dengan air dan sabun, menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin. Dan cukup mengucapkan sapaan, dan menghindari jabatan tangan, ciuman atau pelukan.*

Kini kewajiban kita adalah menjalankan semua anjuran diatas, karena hal itu merupakan tuntutan agama dan kewajiban bagi setiap warga negara.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى خَيْرِ الْأَنْبِيَاءِ، سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ r؛ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ؛ وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ.

عِبَادَ اللَّهِ: إِنِّي دَاعٍ فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الْعَبْدُ يَدَيْهِ، ضَارِعًا إِلَيْهِ؛ أَنْ يَرُدَّهُمَا خَائِبَتَيْنِ، 

🤲🤲🤲 اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِاسْمِكَ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَهُ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ؛ مِنْ أَنْ يَلْحَقَ بِنَا مَرَضٌ أَوْ بَلَاءٌ، أَوْ يَحِلَّ بِنَا سَقَمٌ أَوْ وَبَاءٌ، يَا سَمِيعَ الدُّعَاءِ. وَنَسْأَلُكَ يَا رَبَّنَا أَنْ تُدِيمَ الْعَافِيَةَ عَلَيْنَا، وَعَلَى سُكَّانِ الْعَالَمِ مِنْ حَوْلِنَا، وَتَكْفِيَنَا شَرَّ الْأَوْبِئَةِ وَالْأَمْرَاضِ.

اللَّهُمَ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيخْ خَلِيفَةْ بْن زَايِدْ وَنَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الْأَمِينَ، وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ؛ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ.

 اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيخْ زَايِدْ وَالشَّيخْ مَكْتُومْ، وَشُيُوخَ الْإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رِضْوَانِكَ، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ.

 اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ نِعَمَكَ، وَجُودَكَ وَفَضْلَكَ، بِكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.





Friday, February 28, 2020

Khotbah Jum'at: MENJAGA KEHORMATAN DAN RASA MALU


Khotbah Jumat, 04 Rajab 1441 H/ 28 Februari 2020 M

Menjaga Kehormatan dan Rasa Malu

Khotbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَثَّنَا عَلَى الْحَيَاءِ وَالسَّتْرِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ، وَوَعَدَنَا عَلَى ذَلِكَ بِالْفَوْزِ الْعَظِيمِ، 

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، يَسْتُرُ عَلَى عِبَادِهِ الْمُسْلِمِينَ، وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، أَعْظَمُ النَّاسِ حَيَاءً، وَأَكْثَرُهُمْ سَتْرًا، 

فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ جَلَّ فِي عُلَاهُ:

 (وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ)( ).

Kaum Mukminin yang Mulia...

Nabi SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ، يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah , Maha Pemalu lagi Maha Menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutupi (aib/aurat)” (Abu Daud 4012 dan Ahmad 17970). 

Rasa malu dan menutupi aib merupakan dua sifat yang tak terpisahkan, keduanya termasuk salah satu sifat Tuhan kita Yang Maha Pengasih, Dia Yang Maha Tinggi malu bila menolak orang yang berdoa kepada-Nya dan mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya” (At Tirmidzi 3556), atau membuka tabir hamba-Nya, karena Dia Yang Maha Tinggi menutupi aib hamba-hamba-Nya di dunia sebagai bentuk kasih sayang dan penghargaan, dan menutupi mereka di hari kiamat, sebagai bentuk keutamaan dan anugerah pada mereka, Rasulullah Saw bersabda :

يَدْنُو أَحَدُكُمْ مِنْ رَبِّهِ حَتَّى يَضَعَ كَنَفَهُ عَلَيْهِ -أَيْ: سِتْرَهُ- فَيَقُولُ: أَعَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ. وَيَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ. فَيُقَرِّرُهُ ثُمَّ يَقُولُ: إِنِّي سَتَرْتُ عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ

“Salah satu dari kalian mendekat pada Tuhannya, kemudian Dia meletakkan padanya naungan –penutup-Nya- seraya berfirman : "Apakah kamu telah berbuat ini dan itu ?" Ia menjawab : "Ya, benar Ya Allah." Dia berfirman : "Apakah kamu telah berbuat ini dan itu ?" Ia menjawab : "Ya, benar ya Allah." Dia pun mengulang-ngulang pertanyaannya kemudian berfirman : "Sesungguhnya Aku telah menutupimu di dunia dan hari ini pun Aku yang mengampuninya bagimu” (Muttafaq ‘Alaih, lafal hadits Bukhari).

 Sungguh indah sifat penyantun, kasih sayang, sifat malu dan sifat menutupi Allah. Dan Allah telah menjadikan rasa malu dan menutupi aib sebagai sifat bawaan (fitrah) manusia, yang tertanam pada jiwa mereka sejak nabi Adam AS dan isterinya Hawa, dimana keduanya diberikan ilham oleh Allah untuk menutupi aurat, Allah berfirman :

فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ

“Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga’ (Al A’raf 7 : 22). Tugas / perbuatan pertama yang dilakukan oleh manusia adalah menutupi apa yang tidak pantas dipandang mata (At Tahrir wat Tanwir 8/64)

Hamba Allah yang Mulia...

 Rasa malu dan menutupi (aurat/aib) merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia, yang dianut oleh para rasul, para nabi, orang-orang shaleh dan bertakwa, sebagai contoh Nabi Musa AS, dimana Rasulullah Saw menegaskan dalam sabdanya :

إِنَّ مُوسَى كَانَ رَجُلًا حَيِيًّا سِتِّيرًا

“Sesungguhnya Musa adalah orang yang memiliki rasa malu dan menutupi” (Bukhari 3404). 

Sedangkan Nabi kita Muhammad Saw, seperti disifati oleh Anas RA, ia berkata :

كَانَ النَّبِيُّ r شَدِيدَ الْحَيَاءِ

“Nabi Saw sangat pemalu” (Bukhari 4739). Dan beliaulah yang bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ

“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah rasa malu” (Muwattha’ Malik 950). 

Nabi Saw menaruh perhatian penuh pada penutupan aurat, dan beliau memohon kepada Allah agar selalu dilimpahkan penutupan padanya. Ibnu Umar RA berkata : Nabi Saw selalu berdoa dengan :

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي

“Ya Allah, tutuplah auratku”(Al Adab Al Mufrad, karangan Al Bukhari 1200). 

Beliau mendidik para sahabatnya dengan akhlak dan kebiasaan mulia ini, rasa malu adalah akhlak mereka, penutupan aib adalah ciri mereka, dan diantara sahabat yang terkenal dengan sifat malu dan penutupan aib adalah Utsman bin Affan RA, sehingga Nabi Saw menegaskan dalam sabdanya :

إِنَّ عُثْمَانَ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ، تَسْتَحْيِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ

“Sesungguhnya Utsman sangat pemalu dan menutupi (aib), dan malaikat pun malu padanya” (Muslim 2401 dan Al Mu’jam Al Awsath 8601).

 Begitu pula Fatimah RA putri Nabi kita Muhammad Saw terkenal dengan sifat malunya serta usahanya untuk selalu menutupi (aib/aurat) (Siyar A’lamun Nubala’ 3/425), dan Ummul Mukminin Aisyah RA juga terkenal dengan sifat yang sama dan semua istri Nabi atau Ummahatul Mukminin, semoga Allah meridhai mereka semua, meridhai semua shahabiyat (sahabat perempuan) dan para mukminah yang shalihah, mereka yang berhiaskan dengan sifat malu, yang berpegang teguh dengan kemurnian dan penutupan aib dan aurat. Dan semoga semua wanita berteladan pada kebaikan mereka, karena wanita yang memiliki rasa malu, ia akan menutupi auratnya, ia akan menampakkan kehormatan dalam  berpakaian dan akan terlihat wibawanya serta iffahnya (pengendalian dirinya). 

Maka sungguh indah bila seorang lelaki memiliki dan memelihara rasa malu, sehingga ia mengenakan pakaian yang terbaik lagi menutupi auratnya, karena Allah Azza wa Jalla telah menggandengkan antara rasa malu dan penutupan aurat, disebutkan dalam firman-Nya :

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat” (Al A’raf 7 : 26). 

Pada ayat mulia ini, Allah mengingatkan kita betapa pentingnya pakaian yang menutupi badan, dan juga sebaik-baiknya pakaian adalah takwa yaitu sifat malu (Tafsir Al Qurthubi 7/184). 

Karena berpegang teguh dengan sikap menutup aib dan rasa malu, yang sesuai dengan nilai-nilai, kebiasaan dan identitas masyarakat, dapat memperkuat persatuan  dalam masyarakat, meneguhkan akhlak mulia dan membuat masyarakat menghargai kehidupan sosialnya.

Kaum Mukminin yang Berbahagia...

Sesungguhnya salah satu bentuk penutupan manusia terhadap aib dirinya adalah tidak menyebarkan kesalahannya, bila ia pernah berbuat kesalahan atau terjatuh pada perbuatan dosa karena Allah telah menutupinya, maka hendaknya ia gunakan penutup Allah tersebut, dengan membenahi kesalahannya dan menjauh dari semua sebab yang mengantarkan pada perbuat tersebut, dan tidak lupa untuk bertaubat pada Penciptanya, karena Allah Azza wa Jalla telah menutupi, mengampuni dan memaafkannya, Rasulullah Saw bersabda :

أُمَّتِي مُعَافَاةٌ، إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الْعَبْدُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحُ قَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ، فَيَقُولُ: يَا فُلَانُ، قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، فَيَبِيتُ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap ummatku akan dimaafkan, kecuali orang-orang yang berbuat dosa terang-terangan (Al Mujahirin).
 Termasuk terang-terangan adalah seorang hamba berbuat (keburukan) di malam hari, kemudian di pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya dengan berkata : Wahai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini begitu. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya, tetapi di pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya” (Muttafaq ‘Alaih). 

Orang yang menutupi aibnya, maka Allah akan menutupinya, orang yang bertaubat, Allah akan menerima taubatnya, orang yang mengikuti amalan buruknya dengan amalan baik, maka akan dihapus amal buruknya dengan izin Allah, dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata :

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ r فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا. فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: لَقَدْ سَتَرَكَ اللَّهُ، لَوْ سَتَرْتَ نَفْسَكَ، فَقَامَ الرَّجُلُ فَانْطَلَقَ، فَدَعَاهُ النَّبِيُّ r وَتَلَا عَلَيْهِ هَذِهِ الْآيَةَ: (أَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ) فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا لَهُ خَاصَّةً؟ قَالَ: «بَلْ لِلنَّاسِ كَافَّةً

“Seseorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya : "Wahai Rasulullah : sesungguhnya aku telah berbuat dosa." Lalu beliau berkata pada Umar : "Allah telah menutupimu, jika kau menutupi dirimu, lalu orang itu beranjak, kemudian Nabi Saw memanggilanya dan membaca ayat ini : “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” (Hud 11 : 114). Lalu seseorang dari kaum itu bertanya : "Wahai Nabi Allah, apakah ini khusus untuk orang itu ?"  Beliau bersabda : "Bahkan untuk semua manusia.” (Muslim 2763)

🤲🤲🤲 Ya Allah, anugerahilah kami rasa malu dalam ucapan dan perbuatan kami, Kamj juga memohon perlindungan-Mu di dunia dan akhirat dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Al Amin Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, seperti termaktub dalam kitab-Mu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khotbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، يُحِبُّ لِعِبَادِهِ الْحَيَاءَ، وَيَرْضَى لَهُمُ السَّتْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Kaum Mukminin yang Berbahagia...

 Sesungguhnya menutupi kesalahan yang diperbuat oleh kaum mukminin dan mukminat memiliki dampak positif psikologis dan sosial di dunia dan akhirat, dan tindakannya akan dibalas di kemudian hari, seorang shaleh berkata :

"Diantara kesempurnaan kesalehan amalan seorang hamba adalah menutup aib saudaranya yang ia lihat, dengan harapan ia mendapatkan balasan dari Tuhannya." (Kitab Hilyatul Auliya’ 8/66). 

Manusia yang menutup aib sesamanya akan mendapatkan pahala yang besar pada hari kiamat, demikian disabdakan oleh Rasulullah Saw :

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Orang yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat” (Muttafaq ‘Alaih, lafal hadits Muslim). 

Maka bila seorang mukmin melihat kesalahan sesamanya, hendaknya ia seharusnya menutupinya, dengan harapan Allah menutupi kesalahannya di dunia dan akhirat.

 Jadi rasa malu adalah etika dan prilaku mulia yang harus kita terapkan dihadapan keluarga, di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat, dan dengannya kehidupan menjadi lebih mulia dan bahagia. 

Jadi tugas kedua orang tua di rumah, tugas para guru di sekolah, para pegawai di tempat kerjanya dan semua lapisan masyarakat di tempatnya masing-masing, hendaknya mereka berpegang teguh dengan nilai-nilai kemanusiaan yang agung, seperti menutupi aib dan rasa malu dalam interaksi mereka, sehingga mereka menjadi teladan bagi sesamanya di bidang etika, yang akan berdampak pada kebahagiaan hidup mereka.

Hamba Allah yang Berbahagia...

Marilah kita berdoa serta jangan lupa untuk mengaminkan, karena Allah Swt malu bila seorang hamba mengangkat kedua tangannya bertadarru’ kepada-Nya, Dia (Allah) tidak akan menyia-nyiakan harapannya.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ؛ فَإِنَّكَ سُبْحَانَكَ الْقَائِلُ: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)( ).

 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرَاتِ أَوْفَرَهَا، وَمِنَ الْعُلُومِ أَنْفَعَهَا، وَمِنَ الْأَخْلَاقِ أَكْمَلَهَا، وَنَسْأَلُكَ السَّعَادَةَ فِي الدُّنْيَا، وَالْفَوْزَ فِي الْآخِرَةِ.

 اللَّهُمَ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيخْ خَلِيفَةْ بْن زَايِدْ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَاشْمَلْ بِتَوْفِيقِكَ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الْأَمِينَ، وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِوَالِدِينَا، وَلِوَالِدِي وَالِدِينَا، وَجَمِيعِ أَرْحَامِنَا، وَمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا.

اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيخْ زَايِدْ وَالشَّيخْ مَكْتُومْ، وَشُيُوخَ الْإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رِضْوَانِكَ، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ

اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ نِعَمَكَ، وَجُودَكَ وَفَضْلَكَ، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا وَأَهْلِهَا، وَاجْعَلْهَا دَائِمًا فِي سَعَادَةٍ، وَمِنَ الْخَيْرِ فِي زِيَادَةٍ.

 اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ، أَوْ وَقَفَ لَكَ وَقْفًا يَعُودُ نَفْعُهُ عَلَى مَرِيضٍ أَوْ يَتِيمٍ، أَوْ طَالِبِ عِلْمٍ أَوْ مِسْكِينٍ، وَاحْفَظْهُ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا رَزَقْتَهُ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْأَبْرَارَ، وَأَدْخِلْهُمُ الْجَنَّةَ مَعَ الْأَخْيَارِ، وَاجْزِ أَهْلِيهِمْ جَزَاءَ الصَّابِرِينَ؛ بِكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، وَانْشُرِ الِاسْتِقْرَارَ وَالسَّلَامَ فِي بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ، وَالْعَالَمِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا وَاسِعًا شَامِلًا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.


Friday, February 14, 2020

Khotbah Jum'at: MENGAGUNGKAN NABI MUHAMMAD SAW


Khotbah Jumat, 21 Jumadil Akhirah 1441 H/ 14 Februari 2020 M

"Mengagungkan Nabi Muhammad SAW

Khotbah Pertama::

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بَعَثَ فِينَا رَسُولَهُ مُحَمَّدًا الْأَمَينَ، وَأَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَالْحَقِّ الْمُبِينِ، فَكَانَ رَحْمَةً للْعَالَمِينَ، وَبُشَرَى لِلْمُؤْمِنِينَ،

 وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، أَحْسَنُ النَّاسِ خَلْقًا، وَأَعْظَمُهُمْ خُلُقًا، فَاللَّهُ زَادَ مُحَمَّدًا تَعْظِيمًا، صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ:
 فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ جَلَّ فِي عُلَاهُ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ)( ).

Kaum Mukminin yang Mulia :

Diriwayatkan bahwa:

أَرْسَلَتْ قُرَيْشٌ مُفَاوِضَهَا عُرْوَةَ بْنَ مَسْعُودٍ فِي صُلْحِ الْحُدَيْبِيَةِ إِلَى النَّبِيِّ r، فَظَلَّ عُرْوَةُ يُرَاقِبُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ r بِعَيْنَيْهِ، فَلَمَّا رَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ كَانَ مِمَّا قَالَ لَهُمْ: وَاللَّهِ لَقَدْ وَفَدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ، وَوَفَدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِيِّ، وَاللَّهِ مَا رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ كَمَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ مُحَمَّدًا r؛ إِذَا أَمَرَهُمُ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ، وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ، وَإِذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوا أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ، وَمَا يُحِدُّونَ إِلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيمًا لَهُ r

“Kaum Quraisy mengirimkan negosiatornya Urwah bin Mas’ud kepada Nabi Saw dalam perjanjian Al Hudaibiyah, Urwah terus mengawasi para sahabat Nabi Saw dengan mata kepalanya sendiri, dan ketika ia kembali kepada kaummnya ia bercerita kepada mereka : "Demi Allah, aku pernah diutus ke beberapa raja, pernah diutus ke Raja Kaisar, Raja Kisra dan Raja Najasyi, demi Allah aku belum pernah melihat satu raja pun yang diagungkan oleh para sahabatnya, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Muhammad terhadap Muhammad Saw, bila beliau memerintahkan mereka, mereka bergegas menunaikan perintahnya, bila beliau berwudlu, mereka hampir berkelahi karena berebut menyiapkan air untuk berwudlu, bila beliau berbicara, mereka merendahkan suara mereka dihadapannya, dan mereka tidaklah menajamkan pandangannya kepada beliau sebagai pengagungan mereka terhadap beliau” (Bukhari 2731). 

Begitulah wahai hamba Allah, bagaimana sahabat Rasulullah Saw mengagungkan beliau, menghargainya, menghormatinya dan mencintainya, karena mereka tahu bahwa cinta pada beliau didahulukan atas seluruh manusia; dan juga termasuk kesempurnaan keimanan, Rasulullah Saw bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia” (Muttafaq ‘Alaih).

 Begitulah kaum mukminin pengikut para nabi, mereka mencintai nabi mereka, menghargai dan mengagungkannya, mereka adalah para Hawariyyun, yang berada di sekitar Isa AS dan mengikutinya, sebagai bentuk penghargaan kepadanya dan kepada risalah mulianya, Allah Swt berfirman :

قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab : Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri” (Ali Imran 3 : 52).

 Isa As menjanjikan mereka dengan keagungan dan memberikan berita gembira dengan kedatangan Nabi Mulia Muhammad Saw, seperti termaktub dalam Al Quran :

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata : hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” (As Shaf 61 : 6). 

Lalu Nabi Penutup itu diutus kepada kita, yang oleh Allah ditinggikan kedudukannya dan diutamakan kepada seluruh makhluk-Nya, Ibnu Abbas RA berkata : Allah belum pernah menciptakan jiwa yang lebih mulia dari Muhammad Saw, dan aku tidak pernah mendengar Allah bersumpah dengan kehidupan seseorang selain kehidupan beliau, Allah berfirman :

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

“(Allah berfirman) : Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)” (Al Hijr 15 : 72). 

Dan Allah memuji kejujuran dan kebaikan ucapan Muhammad Saw, seperti disebutkan dalam firman-Nya :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى* إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (An Najm 53 : 3-4). Sebuah syair menegaskan hal diatas :

وَضَمَّ الْإِلَهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ ** إِذَا قَالَ فِي الْخَمْسِ الْمُؤَذِّنُ أَشْهَدُ
وَشَقَّ لَهُ مِنْ إِسْمِهِ لِيُجِلَّهُ ** فَذُو الْعَرْشِ مَحْمُودٌ وَهَـذَا مُحَمَّدُ

"Dan Tuhan menambahkan nama Nabi ke nama-Nya
Ketika dikumandangkan lima kali oleh muadzin; Aku bersaksi
Dia diambil dari nama-Nya, sebagai penghormatan baginya
Jadi Pemilik Arsy itu dipuji (mahmud) dan ini adalah terpuji (Muhammad)."

Disebutkan dalam firman Allah, bahwa Dia memuji kemurahan hati, kemuliaan sifat dan keagungan akhlak Muhammad Saw :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (Al Qalam 68 : 4).

 Beliau Saw merupakan teladan agung dalam akhlak, perbuatan dan tindakan dan beliau merupakan sumber keutamaan dan nilai-nilai kemanusiaan dalam gerak dan diamnya, beliau sangat dermawan, penyayang terhadap kaum lemah, penyambung tali persaudaraan dan berbakti kepada keluarganya, Ali bin Abi Thalib RA menceritakan sifat beliau :

لَمْ أَرَ قَبْلَهُ وَلاَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ

“Aku belum pernah melihat sesudah dan sebelumnya orang yang semisalnya (At Tirmidzi 3637). 

Dan kini, betapa perlunya kita dalam menteladani akhlak beliau yang mulia dan petunjuknya yang lurus.

Saudara-saudaraku yang menghomati Sayyidina dan Nabiyyina Muhammad Saw...

Para sahabat RA dalam cinta dan pengagungan terhadap Nabi Muhammad Saw merupakan teladan dan contoh yang baik, di dalam Shahih Imam Muslim RA disebutkan dari Amr bin Al Ash RA berkata :

مَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ r، وَلَا أَجَلَّ فِي عَيْنِي مِنْهُ، وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلَأَ عَيْنَيَّ مِنْهُ إِجْلَالًا لَهُ، وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا اسْتَطَعْتُ

“Dan tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah Saw, dan tidak ada seorang pun yang lebih agung dalam pandanganku daripada beliau, bahkan aku tidak mampu memenuhi kedua mataku dari kebesaran beliau, andaikata aku diminta untuk mensifati beliau, tentu aku tidak dapat melakukannya” (Muslim 191).

 Para sahabat membesarkan anak-anak mereka atas pengagungan Nabi Saw dan penghargaan terhadap kedudukan beliau, sebagai contoh ;

صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِr ، فَأَخَذَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِيَدِهِ، فَجَعَلَهُ بِمُحَاذَاتِهِ، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: فَلَمَّا أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ r عَلَى صَلَاتِهِ تَأَخَّرْتُ، فَلَمَّا انْصَرَفَ r مِنْ صَلَاتِهِ سَأَلَنِي، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَيَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يُصَلِّيَ بِمُحَاذَاتِكَ وَأَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَ: فَأَعْجَبْتُهُ فَدَعَا اللَّهَ لِي أَنْ يَزِيدَنِي عِلْمًا وَفَهْمًا

“Ibnu Abbas RA shalat bersama Rasulullah Saw, lalu beliau Saw menarik tangannya, sehingga sejajar dengan beliau. Ibnu Abbas RA berkata : ketika Rasulullah SAw mulai shalat, aku mundur dan ketika Beliau Saw selesai shalat, beliau bertanya kepadaku, aku menjawab : wahai Rasulullah, apakah layak bagi seseorang untuk shalat sejajar denganmu sedangkan engkau Rasulullah ? ia berkata : jawabanku membuatnya senang. Lalu beliau berdoa kepada Allah agar menambahkan ilmu dan kepahaman kepadaku” (Ahmad 3060). 

Dalam hal cinta, penghargaan, penghormatan dan pengagungan, kita berteladan dan mengikuti jejak pada para pendahulu kita. Dan Rasul kita Muhammad Saw lebih kita cintai daripada ibu, anak, putra dan putri kita dan semua manusia, kita tidak mendahulukan sesuatu pun diatas sunnah beliau, dan kita tidak pernah jenuh untuk membaca sirah beliau dan kita menerima dan mempercayai hadits beliau dengan penuh keimanan hati kita, karena itu merupakan keharusan dan kebenaran, dan bagaimana kita tidak mencintai dan menghormati, mengagungkan dan memuliakan beliau ? Dan Allah telah menganjurkan kita untuk melakukan hal itu, seperti tersebut dalam firman-Nya :

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا* لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang” (Al Fath 48 : 8-9). 

Allah telah menjanjikan keberuntungan dan kemenangan bagi orang-orang yang menghargai tuan dan nabi kita Muhammad Saw serta berteladan kepada beliau, Allah berfirman :

فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al A’raf 7 : 157)

🤲🤲🤲 Ya Allah, anugerahilah kami cinta, pengagungan dan penghormatan pada Nabi kami Muhammad Saw, dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Al Amin Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

 أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khotbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَرْسَلَ إِلَيْنَا خَاتَمَ الْنَّبِيِّينَ، وَجَعَلَهُ مُكَرَّمًا فِي الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، وَفِي الْمَلَإِ الْأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،

 صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Wahai orang-orang yang menghargai nabi kita Muhammad Saw, yang mengagungkan ucapan dan perbuatannya, Allah Swt berfirman :

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)” (An Nur 24 : 63). 

Pada ayat yang mulia diatas, Allah menjelaskan kepada kita bahwa kedudukan kenabian merupakan kedudukan yang sangat mulia, karenanya Allah melarang manusia untuk memanggil Tuan dan Nabi kita Muhammad Saw seperti panggilan terhadap sesama, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap kedudukan beliau (Tafsir At Thabari 21/339). 

Inilah yang dipahami oleh para sahabat dan para ulama setelah mereka, dan mereka mengamalkan kandungannya, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya :

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ رَأَى رَجُلَيْنِ رَفَعَا أَصْوَاتَهُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ r، فَأَنْكَرَ عَلَيْهِمَا وَقَالَ: تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ r

"Bahwa Umar bin Khattab RA pernah melihat dua orang meninggikan suara keduanya di masjid Rasulullah Saw, ia (Umar) mengingkari perbuatan keduanya dan berkata : 'Kalian mengangkat suara kalian di masjid Rasulullah Saw ?” (Bukhari 470). 

Imam Malik RA berpendapat bahwa : "Sesungguhnya Allah mengajak kaum mukminin untuk berprilaku sopan kepada Nabi Saw, disebutkan dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi” (Al Hujurat 49 : 2).

 Allah swt juga memuji orang yang merendahkan suara mereka sebagai bentuk penghormatan dan kesantunan kepada Nabi Saw, Allah berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى

“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa” (Al Hujurat 49 : 3). 

Jadi kewajiban kita adalah mengagungkan Rasulullah Saw dan menanamkan hal tersebut di dalam jiwa putra-putri kita.

Demikian khutbah singkat ini, maka marilah kita memperbanyak baca shalawat dan mengucapkan salam kepada rasul kita di setiap waktu, karena Allah telah mengagungkan beliau di hadapan para malaikat, kemudian Allah dan para malaikat bershalawat kepadanya, dan Allah mewajibkan hal tersebut kepada seluruh penduduk bumi (Tafsir Ar Razi 25/181). Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Al Ahzab 33 : 56). Itulah dua penghormatan di langit dan di bumi.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرَاتِ أَوْفَرَهَا، وَمِنَ الْعُلُومِ أَنْفَعَهَا، وَمِنَ الْأَخْلَاقِ أَكْمَلَهَا، وَنَسْأَلُكَ السَّعَادَةَ فِي الدُّنْيَا، وَالْفَوْزَ فِي الْآخِرَةِ.

اللَّهُمَ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيخْ خَلِيفَةْ بْن زَايِدْ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَاشْمَلْ بِتَوْفِيقِكَ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الْأَمِينَ، وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ.

 اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيخْ زَايِدْ وَالشَّيخْ مَكْتُومْ، وَشُيُوخَ الْإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رِضْوَانِكَ، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ

اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ نِعَمَكَ، وَجُودَكَ وَفَضْلَكَ، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا وَأَهْلِهَا، وَاجْعَلْهَا دَائِمًا فِي سَعَادَةٍ، وَمِنَ الْخَيْرِ فِي زِيَادَةٍ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ، أَوْ وَقَفَ لَكَ وَقْفًا يَعُودُ نَفْعُهُ عَلَى مَرِيضٍ أَوْ يَتِيمٍ، أَوْ طَالِبِ عِلْمٍ أَوْ مِسْكِينٍ، وَاحْفَظْهُ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا رَزَقْتَهُ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْأَبْرَارَ، وَأَدْخِلْهُمُ الْجَنَّةَ مَعَ الْأَخْيَارِ، وَاجْزِ أَهْلِيهِمْ جَزَاءَ الصَّابِرِينَ؛ بِكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، وَانْشُرِ الِاسْتِقْرَارَ وَالسَّلَامَ فِي بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ، وَالْعَالَمِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا وَاسِعًا شَامِلًا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.


Monday, February 10, 2020

Khotbah Jum'at: DAHSYATNYA BERINFAK


Khotbah Jumat, 14 Jumadil Akhirah 1441 H/ 07 Februari 2020 M

Dahsyatnya Berinfak

Khotbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الْغَنِيِّ الْكَرِيمِ، يُضَاعِفُ أَجْرَ الْمُنْفِقِينَ، وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ، وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ،

 وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، كَانَ قُدْوَةً فِي الْإِنْفَاقِ، وَالْبَذْلِ وَالْعَطَاءِ،

 فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ،

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (الم* ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ* الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ)( ).

Kaum Mukminin yang Berbahagia...

 Dari Ibnu Abbas RA berkata : "Sebuah kafilah dari kumpulan para pedagang besar sampai di kediaman Utsman bin Affan RA, kemudian para pedagang itu berdatangan ke depan pintu rumahnya, ia (Utsman) pun keluar menjumpai mereka dan berkata : "Apa yang kalian inginkan ?" Mereka menjawab : "Kami mendapatkan informasi bahwa anda memiliki persediaan bahan makanan yang banyak, juallah pada kami agar penduduk mendapatkan keluasan." Utsman berkata : "Dengan senang hati dan penuh cinta, silahkan masuk dan belilah." Para pedagang masuk ke rumah Utsman RA dan mendapati bahan makanan yang ada disana, para pedagang berkata : "Kami akan memberimu keuntungan lima Dirham dari setiap sepuluh dirham (5 kali lipat). Utsman berkata : "Tidakkah kalian tambahkan?" Para pedagang menjawab : "Tidak ada lagi pedagang di Madinah selain kami, memangnya siapakah yang berani beli lebih dari itu?" Utsman menjawab : "Semoga Allah Azza wa Jalla memberiku kelebihan dari setiap satu Dirham sepuluh kali lipat. Adakah yang mau membeli lebih dari itu?" Mereka menjawab : "Tidak." Ia berkata : "Sesungguhnya aku bersaksi pada Allah bahwa aku menjadikan bahan makanan ini sebagai sedekah saja karena Allah (As Syariah, karangan Al Ajiri 4/2013). Kemudian Utsman RA menginfakkan semua kafilah itu, dengan mengharap ridha Tuhannya dan demi memberi keluasan pada hamba-hamba-Nya.

Kaum Mukminin yang Berbahagia..

Berinfak dalam kebaikan, itulah ibadah yang mulia yang diperintahkan oleh Allah dalam kitab-Nya kepada kita semua, dimana Allah menyandingkan keimanan dengan infak, diterangkan dalam firman-Nya :

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”(Al Hadid 57 : 7).

 Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang berinfak bahwa Dia akan menganugerahkan pada mereka kebaikan, pemberian balasan, kemuliaan dan kedermawanan dan Dia akan mengganti semua yang telah diinfakkan oleh mereka (Tafsir At Thabari 3 : 312) serta semua yang telah mereka keluarkan, Allah berfirman :

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya. Dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (Saba’ 34 : 39).

Nabi Saw merupakan manusia yang paling dermawan (Muslim 2307). 
Beliau berinfak dalam semua jenis kebaikan dan memberi tanpa takut jatuh miskin, dari Anas RA berkata :

مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ r شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ

“Rasulullah Saw tidak pernah diminta sesuatu, melainkan selalu dipenuhinya” (Muslim 2312).

 Dan beliau menganjurkan agar bersegera dalam berinfak, ketika seseorang bertanya kepadanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ r: «أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ، تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang paling utama ? Beliau menjawab : "Engkau bersedekah pada saat sehat dan sedang merasa kikir, kau berangan-angan menjadi kaya dan takut fakir” (Muttafaq ‘Alaih).

 Berinfak dalam kebaikan wahai hamba Allah adalah tentu sesuai dengan kemampuan yang ada, seperti dijelaskan oleh Allah Azza wa Jalla :

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya” (At Thalaq 65 : 7)

Wahai Orang2 yang Rajin Berinfak... 

Allah telah menjelaskan pada kita semua mengenai urutan orang yang berhak mendapatkan infak, yaitu dengan mendahulukan yang paling utama :

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah : Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Alah Maha Mengetahuinya” (Al Baqarah 2 : 215). 

Jadi orang yang pertama berhak mendapatkan infak secara berurutan adalah kedua orang tua, para kerabat yang nafkahnya berada dalam tanggung jawabnya, Nabi Saw menjelaskan dalam sabdanya :

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

“Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah, dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu” (Muttafaq ‘Alaih). 

Nafkah yang diberikan suami terhadap isteri dan anak-anaknya, termasuk nafkah dalam kebaikan dan memiliki pahala dan balasan yang sangat besar, Rasulullah Saw bersabda :

أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ؛ دِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ

“Sebaik-baiknya dinar (harta) yang dinafkahkan oleh seorang suami, adalah dinar (harta) yang dinafkahkan untuk keluarganya” (Muslim 994). 

Demikian pula seorang isteri memiliki dua pahala atas kontribusi dalam nafkah rumah tangganya, karena Zainab isteri Abdullah bin Mas’ud RA pernah berkata pada Bilal RA : "Tolong tanyakan pada Nabi Saw :

أَيَسَعُنِي أَنْ أَضَعَ صَدَقَتِي فِي زَوْجِي وَفِي بَنِي أَخٍ لِي يَتَامَى؟ فَقَالَ r: «نَعَمْ، لَهَا أَجْرَانِ، أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ

“Bolehkah aku memberikan sedekahku untuk suami, anak saudaraku yang yatim?" Rasulullah Saw bersabda : "Ya, baginya dua pahala, pahala kekerabatan dan pahala sedekah”. (Muttafaq ‘Alaih, lafal Ahmad). 

Ibnu Al Mubarak RA berkata :
 "Tidak ada yang menyamai mata pencaharian dan nafkah terhadap keluarga." (Siyar A’lamun Nubala’ 8/399), dan termasuk dalam infak terhadap anak-anak adalah mendidik dan memperhatikan urusan mereka.

Bentuk infak dalam kebaikan adalah yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, para yatim dan miskin di seluruh dunia, oleh karena itu Rasulullah Saw menganjurkan Abu Lubabah RA untuk menyerahkan pohon kurmanya untuk anak yatim, ia yang menuntutnya dan ia yang menangis karenanya, Rasulullah Saw bersabda pada Abu Lubabah : "Berikanlah kepadaku, dan bagimu tangkai kurma di surga (pohon kurma)." Lalu Abu Dahdah mendengar itu dan berkata pada Abu Lubabah : "Apakah kau menjual tangkai kurmamu dengan kebunku ini." Ia menjawab : "Tentu". Kemudian ia mendatangi Rasulullah Saw dan berkata : "Pohon kurma yang kau pinta untuk anak yatim, jika aku berikan ini, apakah bagiku tangkai kurma di surga?" Rasulullah Saw menjawab : "Iya".(As Sunan Al Kubra, karangan Al Baihaqi 11682)

فَأَعْطَاهَا لِلْيَتِيمِ، فَقَالَ r: «كَمْ مِنْ عِذْقٍ مُعَلَّقٍ -أَيْ كَمْ مِنْ عُنْقُودِ تَمْرٍ مُدَلًّى- فِي الْجَنَّةِ لِأَبِي الدَّحْدَاحِ

“Kemudian ia memberikannya kepada anak yatim, maka Rasulullah Saw bersabda : "Betapa banyak tangkai kurma yang menggantung di surga untuk Abu Dahdah” (Muslim 965).

فَأَتَى أَبُو الدَّحْدَاحِ امْرَأَتَهُ؛ فَقَالَ: يَا أُمَّ الدَّحْدَاحِ، اخْرُجِي مِنَ الْبُسْتَانِ، فَإِنِّي قَدْ بِعْتُهُ بِنَخْلَةٍ فِي الْجَنَّةِ. فَقَالَتْ: رَبِحَ الْبَيْعُ

“Lalu Abu Dahdah menemui isterinya seraya berkata : "Wahai Ummu Dahdah, keluarlah dari kebun, karena aku telah menjualnya dengan pohon kurma di surga." Isterinya menjawab : "Sungguh ini adalah penjualan yang sangat menguntungkan” (Ahmad 12482). 

Tentu, demi Allah, ia telah beruntung, karena apa pun yang ada di surga, pasti lebih baik dari dunia dan seisinya, maka jadikanlah lelaki tersebut -wahai hamba Allah- sebagai contoh dan tauladan, yang telah berinfak pohon kurma untuk anak yatim, dan ia mendapatkan balasannya nan agung di surga.

Sungguh beruntung orang yang berinfak terhadap ibu dan bapaknya, isteri dan anaknya, keluarga dan kerabatnya, juga menyalurkan keceriaan pada para janda dan orang-orang yang membutuhkan, para yatim dan miskin dan berinfak pada semua bentuk kebaikan dan kebajikan.

🤲Ya Allah, jadikanlah kami golongan orang-orang yang selalu berinfak dalam kebaikan, aungerahilah kami dari keberkahan-Mu Wahai Dzat Yang Maha Mulia dan berilah kami semua taufiq untuk mentaati-Mu, mentaati Rasul-Mu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mentaati orang yang Engkau perintahkan kepada kami agar ditaatinya, sebagai pengamalan atas firman-Mu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (An Nisa’ 4 : 59).

 أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Khotbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَهُ الْحَمْدُ الْحَسَنُ وَالثَّنَاءُ الْجَمِيلُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Kaum Mukminin yang Berbahagia...

 Sesungguhnya setiap infak dalam kebaikan yang dilakukan oleh seorang muslim dengan mengharap ridha Allah, maka Allah akan mencatat dan menetapkan pahala baginya, dijelaskan dalam firman-Nya :

وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ

“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) niscaya pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah” (Al Baqarah 2 : 272).

 Sebagian orang diberikan keluasan rezeki oleh Allah, dilimpahkan keberkahan dalam mata pencahariannya, maka sudah sepatutnya ia menafkahkan sebagian dari rezeki yang telah dilimpahkan oleh Allah kepadanya, sebagai bentuk rasa syukur kepada Penciptanya dan agar nikmatnya menjadi langgeng. 

Almarhum Syaikh Zayed –semoga Allah merahmatinya- merupakan teladan dalam pemberiaan, kemurahan dan kedermawanan, uluran tangan baiknya sampai ke seluruh penjuru dunia, dalam bentuk bantuan pada para fakir dan orang-orang yang membutuhkan serta orang-orang yang lemah.

 Dan kalian wahai hamba Allah, yang sudah terbiasa mendapatkan karunia dan nikmat yang berlimpah dan kalian terbiasa memberikan kepada orang-orang yang membutuhkan di seluruh penjuru dunia, dengan menyalurkan keceriaan, menyebarkan kebaikan dan memberikan bantuan kepada mereka, lanjutkan kebiasaan kalian, maka Allah akan selalu bersama kalian. Dan renungkanlah, bahwa berapa banyak orang yang tertimpa penyakit di dunia ini, yang tidak mendapatkan obat untuk menurunkan rasa sakitnya, berapa banyak orang fakir yang tidak mampu memberikan makan keluarganya, berapa banyak ibu yang tidak menemukan sesuap makanan, lagi tidak mampu memberikan asupan pada bayinya dan berapa banyak anak yang kedinginan dan tak mendapatkan selimut penghangat. Dan Allah telah melimpahkan rezeki pada kalian, Dia Maha Melihat perbuatan kalian, infak kalian dan Mengetahui kebaikan kalian, Allah Swt berfirman :

وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Ali Imran 3 : 92). 

Dan marilah kita bersegera berinfak dalam kebaikan, berpartisipasi dan berkontribusi bersama Badan Amal Resmi yang ada di Emirat seperti "Hilal Ahmar" (Bulan Sabit Merah) sebagai bentuk ketaatan kita kepada Tuhan kita, agar nilai-nilai infak dalam kehidupan kita semakin meningkat dan sebagai penguatan atas budaya infak itu dalam kehidupan kita, dan mari kita ajarkan itu pada putra-putri kita.

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى خَاتَمِ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَ، كَمَا أَمَرَ رَبُّ الْعَالَمِينَ، فَقَالَ فِي كِتَابِهِ الْمُبِينِ:

 (إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)( ).

🤲🤲🤲 اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

 وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِينَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرَاتِ أَوْفَرَهَا، وَمِنَ الْعُلُومِ أَنْفَعَهَا، وَمِنَ الْأَخْلَاقِ أَكْمَلَهَا، وَنَسْأَلُكَ السَّعَادَةَ فِي الدُّنْيَا، وَالْفَوْزَ فِي الْآخِرَةِ.

اللَّهُمَ وَفِّقْ رَئِيسَ الدَّوْلَةِ الشَّيخْ خَلِيفَةْ بْن زَايِدْ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَاشْمَلْ بِتَوْفِيقِكَ نَائِبَهُ وَوَلِيَّ عَهْدِهِ الْأَمِينَ، وَإِخْوَانَهُ حُكَّامَ الْإِمَارَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، 

اللَّهُمَّ ارْحَمِ الشَّيخْ زَايِدْ وَالشَّيخْ مَكْتُومْ، وَشُيُوخَ الْإِمَارَاتِ الَّذِينَ انْتَقَلُوا إِلَى رِضْوَانِكَ، وَأَدْخِلْهُمْ بِفَضْلِكَ فَسِيحَ جَنَّاتِكَ.

 اللَّهُمَّ أَدِمْ عَلَى دَوْلَةِ الْإِمَارَاتِ نِعَمَكَ، وَجُودَكَ وَفَضْلَكَ، وَبَارِكْ فِي خَيْرَاتِهَا وَأَهْلِهَا، واجْعَلْهَا دَائِمًا فِي سَعَادَةٍ، وَمِنَ الْخَيْرِ فِي زِيَادِةٍ.

 اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْمَغْفِرَةَ والثَّوَابَ لِمَنْ بَنَى هَذَا الْمَسْجِدَ وَلِوَالِدَيْهِ، وَلِكُلِّ مَنْ عَمِلَ فِيهِ صَالِحًا وَإِحْسَانًا، وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لِكُلِّ مَنْ بَنَى لَكَ مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُكَ، أَوْ وَقَفَ لَكَ وَقْفًا يَعُودُ نَفْعُهُ عَلَى مَرِيضٍ أَوْ يَتِيمٍ، أَوْ طَالِبِ عِلْمٍ أَوْ مِسْكِينٍ، وَاحْفَظْهُ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا رَزَقْتَهُ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

 اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ الْوَطَنِ وَقُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْأَبْرَارَ، وَأَدْخِلْهُمُ الْجَنَّةَ مَعَ الْأَخْيَارِ، وَاجْزِ أَهْلِيهِمْ جَزَاءَ الصَّابِرِينَ؛ بِكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِينَ.

 اللَّهُمَّ انْصُرْ قُوَّاتِ التَّحَالُفِ الْعَرَبِيِّ، وَانْشُرِ الِاسْتِقْرَارَ وَالسَّلَامَ فِي بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ، وَالْعَالَمِ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا وَاسِعًا شَامِلًا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللَّهِ: اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.